MENGENAL PENYAKIT MASTITIS PADA SAPI PERAH
Di Indonesia, penyakit mastitis pada ternak masih banyak ditemukan di lapangan. Khususnya pada beberapa peternakan sapi perah dan kambing perah yang kurang memperhatikan kebersihan dalam proses pemerahan.
Baik itu kebersihan pemerah, kebersihan sapi atau kambing yang akan diperah, maupun kebersihan kandang.
Baik kerugian karena pengeluaran biaya pengobatan mastitis, penurunan produksi susu, hingga penggantian sapi perah. Penggantian sapi perah harus dilakukan karena sapi perah yang terkena mastitis berulang kali, tidak akan mampu menghasilkan produksi susu yang maksimal seperti sebelumnya.
Mastitis berasal dari bahasa Yunani, yaitu Mastos yang berarti ambing dan Itis yang berarti radang. Jadi, mastitis adalah peradangan yang terjadi pada ambing yang disebabkan oleh beragam faktor. Salah satunya adalah infeksi mikroba pada daerah ambing, seperti bakteri, jamur, virus, dan parasit.
A. Penyebab Mastitis
Penyakit mastitis pada ternak diawali dengan adanya luka pada daerah ambing, kemudian berlanjut menjadi infeksi akibat kontaminasi agen asing seperti bakteri, fungi, mycoplasma, dan parasit. Berikut adalah beberapa bakteri yang dapat menyebabkan mastitis pada sapi perah maupun kambing perah :
- Staphylococcus aureus
- Streptococcus agalactiae
- Corynebacterium spp.
- E. coli
- Pseudomonas aeruginosa
B. Phatogenesis Mastitis
Pada dasarnya, penyakit mastitis pada ternak disebabkan oleh berbagai macam organisme patogen seperti bakteri, parasit, dan jamur. Penularannya dapat terjadi melalui luka yang terbuka di daerah ambing. Kemudian organisme akan masuk dan menginfeksi ambing hewan ternak.
Organisme tersebut kemudian masuk ke dalam ambing dan berkembang biak dengan cepat di dalam susu. Tubuh secara normal akan mengirimkan leukosit menuju ambing melalui pembuluh darah.
Oleh karena itu, susu yang berasal dari ternak yang terkena mastitis memiliki ciri fisik yang berbeda, salah satunya adalah memiliki warna kekuningan. Selain itu, sel penghasil susu juga mengalami kematian yang membuat produksi susu menurun.
Beberapa organisme bahkan mampu mengeluarkan dermonekrotosin yang dapat mengakibatkan nekrose pada kulit, bagian mukosa, dan dinding pembuluh darah.
Kerusakan pada pembuluh darah membuat kinerjanya menjadi menurun. Akibatnya, jantung dapat gagal bekerja dan menyebabkan kematian.
Mastitis pada ternak tidak dapat menular secara langsung melalui satu puting menuju puting lain. Karena pada setiap quarter pada ambing memiliki sekat. Oleh karena itu, penularan dapat terjadi melalui kontaminasi dari luar.
C. Gejala Mastitis
Gejala penyakit mastitis pada ternak dapat dibagi menjadi dua, yaitu gejala klinis dan gejala subklinis.
1. Gejala Klinis
Gejala klinis adalah gejala yang dapat dilihat dengan ditandai adanya beberapa kelainan pada daerah ambing. Seperti bengkak, merah, dan sakit pada ambing apabila diraba.
2. Gejala Subklinis
Mastitis subklinis tidak memperlihatkan adanya kelainan pada ambing maupun ciri fisik susu secara nyata. Namun, mastitis ini ditandai dengan adanya penurunan produksi susu dan kualitasnya.
CMT (California Mastitis Test)dapat menjadi solusi untuk mendeteksi terjadinya mastitis atau tidak pada hewan ternak. Pada dasarnya, mastitis subklinis dapat berubah menjadi klinis apabila tidak segera dilakukan penanganan.
D. Jenis Mastitis
Berdasarkan cara cara penularannya, penyakit mastitis pada ternak terbagi menjadi dua. Yaitu mastitis Kontagius dan Environmental Mastitis. Berikut adalah pembahasan lebih lanjut :
1. Mastitis Kontagius
Mastitis Kontagius adalah mastitis yang cara penularannya melalui satu puting ke puting lain. Yaitu dapat melakui tangan pemerah maupun mesin pemerah susu otomatis.
2. Environmental Mastitis
Mastitis lingkungan atau environmental mastitis merupakan mastitis yang penularannya melalui lingkungan luar. Seperti alas kandang pada saat ternak duduk maupun kotoran yang menempel di daerah ambing.
E. Pencegahan Mastitis
Pencegahan mastitis dapat dilakukan berdasarkan jenis mastitis itu sendiri. Mastitis kontagius dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan pemerah seperti menggunakan desinfektan sebelum melakukan pemerahan, serta melakukan pengujian susu dengan tiga semprotan sebagai deteksi dini terjadinya mastitis.
Sedangkan environmental mastitis dapat dicegah dengan lebih memperhatikan sanitasi kandang, khususnya kebersihan lantai kandang dengan memperhatikan bahan yang mudah dibersihkan dan tidak menyakiti ternak. Karpet karet merupakan bahan bagus sebagai alas kandang, karena selain mudah dibersihkan, karpet juga membuat kaki ternak tidak mudah tergelincir.
F. Kesimpulan
Mastitis atau yang dikenal dengan radang ambing merupakan penyakit pada ternak perah. Mastitis disebabkan oleh berbagai organisme patogen seperti bakteri, fungi, mycoplasma, dan parasit.
Organisme patogen tersebut menginfeksi luka di daerah ambing. Mastitis dapat menyebabkan kerugian bagi peternak, karena menyebabkan penurunan produksi susu, baik dalam jumlah kuantitas maupun kuantitias.
Di Indonesia sendiri, kasus mastitis masih banyak terjadi di peternakan yang belum menerapkan manajemen peternakan dengan baik. Seperti manajemen pemerahan yang kurang baik, hingga sanitasi kandang yang buruk.
Oleh karena itu, penting bagi peternak untuk memperhatikan manajemen pemerahan maupun sanitasi kandang supaya ternak tetap sehat dan terhindar dari beragam penyakit, seperti mastitis salah satunya.
Terima kasih telah membaca artikel mengenai penyakit mastitis pada hewan ternak. Semoga artikel ini membantu peternak dalam mengembangkan usahanya. Sehingga dapat mewujudkan Indonesia dengan masyarakat yang sejahtera.
Daftar Pustaka :
- Tyasningsih, Wiwik. 2010. Penyakit Infeksius I. Surabaya : Airlangga University Press
- Wahyuni, Agnesia Endang T.H., dkk. Karakterisasi Hemaglutinin Streptococcus agalactiae dan Staphylococcus aureus Pentebab Mastitis Subklinis Pada Sapi Perah. J. Sain Vet. Vol. 23 No. 2 Th. 2005.
Komentar
Posting Komentar